Archives for category: Uncategorized

sifat pemimpin diharapkan mengambil sifat dari beberapa unsur alam atau lebih dikenal ASTHABARATA.
Kedelapan unsur alam semesta tersebut menggambarkan pula 8 Dewa beserta sifat-sifatnya, seperti di bawah ini ;

1. Mulat Laku Jantraning Bantala (Bumi ; Bethara Wisnu)
2. Mulat Laku Jantraning Surya (Matahari ; Bethara Surya)
3. Mulat Laku Jantraning Kartika (Bintang ; Bethara Ismaya)
4. Mulat Laku Jantraning Candra (Rembulan ; Bethari Ratih)
5. Mulat Laku Jantraning Samodra atau Tirta (Bathara Baruna)
6. Mulat Laku Jantraning Akasa (Langit ; Bathara Indra)
7. Mulat Laku Jantraning Maruta (Angin ; Bathara Bayu)
8. Mulat Laku Jantraning Agni (Api ; Bethara Brahma)

1. Watak Bumi (Hambeging Kisma)

Digambarkan watak Bethara Wisnu sebagai karakter bumi yang memiliki sifat kaya akan segalanya dan suka berderma. Pemimpin yang mengikuti sifat bumi adalah seseorang yang memiliki sifat kaya hati. Dalam terminologi Jawa kaya hati disebut sabardrono, ati jembar, legawa dan lembah manah. Rela menghidupi dan menjadi sumber penghidupan seluruh makhluk hidup. Bumi secara alamiah juga berwatak melayani segala yang hidup. Bumi dengan unsur tanahnya bersifat dingin tidak kagetan dan gumunan, sebaliknya bersifat luwes (fleksibel) mudah adaptasi dengan segala macam situasi dan kondisi tanpa harus merubah unsur-unsur tanahnya. Maknanya, sekalipun seseorang bersifat mudah adaptasi atau fleksibel namun tidak mudah dihasut, tak mempan diprovokasi, karena berbekal ketenangan pikir, kebersihan hati, dan kejernihan batinnya dalam menghadapi berbagai macam persoalan dan perubahan.

Bumi juga selalu menempatkan diri berada di bawah menjadi alas pijakan seluruh makhluk. Artinya seseorang yang bersifat bumi akan bersifat rendah hati, namun mampu menjadi tumpuan dan harapan orang banyak. Sifat tanah berlawanan dengan sifat negatif api. Maka tanahlah yang memiliki kemampuan efektif memadamkan api. Api atau nar, merupakan ke-aku-an yang sejatinya adalah “iblis” yakni tiada lain nafsu negatif dalam diri manusia. Seseorang yang bersifat bumi atau tanah, tidak akan lepas kendali mengikuti jejak nafsu negatif.

Bumi dalam hukum adi kodrati memiliki prinsip keseimbangan dan pola-pola hubungan yang harmonis dan sinergis dengan kekuatan manapun. Namun demikian, pada saat tertentu bumi dapat berubah karakter menjadi tegas, lugas dan berwibawa. Bumi dapat melibas kekuatan apapun yang bertentangan dengan hukum-hukum keseimbangan alam. Seseorang yang memiliki watak bumi, dapat juga bersikap sangat tegas, dan mampu menunjukkan kewibawaannya di hadapan para musuh dan lawan-lawannya yang akan mencelakai dirinya. Akan tetapi, bumi tidak pernah melakukan tindakan indisipliner yang bersifat aksioner dan sepihak. Karena ketegasan bumi sebagai bentuk akibat (reaksi) atas segala perilaku disharmoni.

2. Watak Matahari (Hambeging Surya)

Matahari bersifat menerangi. Seseorang yang berwatak matahari akan selalu menjadi penerang di antara sesama sebagaimana watak Bathara Surya. Mampu menyirnakan segala kegelapan dalam kehidupan. Kapanpun dan di manapun ia akan selalu memberikan pencerahan kepada orang lain. Matahari juga menghidupi segala makhluk hidup baik tumbuhan, hewan dan manusia. Manfaat matahari menjadi penghangat suhu agar tidak terjadi kemusnahan massal di muka bumi akbiat kegelapan dan kedinginan. Seseorang yang berwatak matahari, ia menjadi sumber pencerahan bagi kehidupan manusia, serta mampu berperan sebagai penuntun, guru, pelindung sekaligus menjalankan dinamika kehidupan manusia ke arah kemajuan peradaban yang lebih baik. Sikap dan prinsip hidup orang yang berwatak matahari, ia akan konsisten, teguh dalam memegang amanat, ora kagetan (tidak mudah terkaget-kaget), ora gumunan (tidak gampang heran akan hal-hal baru dan asing).

Seseorang watak matahari ibarat perjalanan matahari yang berjalan pelan dalam arti hati-hati tidak terburu-buru (kemrungsung), langkah yang pasti dan konsisten pada orbit yang telah dikodratkan Tuhan (istikomah). Lakuning srengenge, seseorang harus teguh dalam menjaga tanggungjawabnya kepada sesama. Tanggungjawabnya sebagai titah (khalifah) Tuhan, yakni menetapkan segala perbuatan dan tingkah laku diri ke dalam “sifat” Tuhan. Tuhan Maha Mengetahui; maka kita sebagai titah Tuhan hendaknya terus-menerus berusaha mencari ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya dan setinggi-tingginya agar ilmu tersebut bermanfaat untuk kemajuan pradaban manusia, menciptakan kebaikan-kebaikan yang konstruktif untuk kemaslahatan semua orang dan menjaga kelestarian alam sekitarnya.

3. Watak Bintang (Hambeg Kartika)

Kartika atau bintang berwatak selalu mapan dan tangguh, walaupun dihempas angin prahara (sindhung riwut) namun tetap teguh dan tidak terombang-ambing. Sebagaimana watak Bathara Ismaya, dalam menghadapi persoalan-persoalan besar tidak akan mundur selangkahpun bagaikan langkahnya Pendawa Lima. Sifat Bethara Ismaya adalah tertata, teratur, dan tertib. Mampu menghibur yang lagi sedih, dan menuntun orang yang sedang mengalami kebingungan, serta menjadi penerang di antara kegelapan. Seseorang yang mengadopsi perilaku bintang, akan memiliki cita-cita, harapan dan target yang tinggi untuk kemakmuran dan kesejahteraan tidak hanya untuk diri sendiri namun juga orang banyak. Maka sebutan sebagai “bintang” selalu dikiaskan dengan suatu pencapaian prestasi yang tinggi. Posisi bintang akan memperindah kegelapan langit di malam hari. Orang yang berwatak bagai bintang akan selalu menunjukkan kualitas dirinya dalam menghadapi berbagai macam persoalan kehidupan.

4. Watak Rembulan (hambeg Candra)

Candra atau rembulan, berwatak memberikan penerang kepada siapapun yang sedang mengalami kegelapan budi, serta memberikan suasana tentreman pada sesama. Rembulan membuat terang tanpa membuat “panas” suasana (dapat ikannya, tanpa membuat keruh airnya). Langkah rembulan selalu membuat sejuk suasana pergaulan dan tidak merasa diburu-buru oleh keinginannya sendiri (rahsaning karep). Watak rembulan menggambarkan nuansa keindahan spiritual yang mendalam. Selalu eling dan waspadha, selalu mengarahkan perhatian batinnya senantiasa berpegang pada kodrat Ilahi (musyahadah). Lakuning rembulan, seseorang mampu “nggayuh kawicaksananing Gusti” artinya mampu memahami apa yang menjadi kehendak (kebijaksanaan) Hyang Widhi. Setelah memahami, lalu kita ikuti kehendak Tuhan menjadi sebuah “laku tapa ngeli” artinya kita hanyutkan diri pada kehendak Ilahi. Witing klapa salugune wong Jawa, dhasar nyata laku kang prasaja.

Orang yang berwatak rembulan, selalu mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang tampak dalam berbagai “bahasa” alam sebagai pertanda kebesaran Tuhan. Rembulan purnama menjadi bahasa kebesaran Tuhan yang indah sekali. Orang-orang tua dan anak-anak zaman dahulu selalu bersuka ria saat merayakan malam bulan purnama. Karena menyaksikan keindahan malam bulan purnama, bagai membaca “ayat-ayat” Tuhan, mampu menggugah kesadaran batin dan akal-budi manusia akan keagungan Tuhan. Sayang sekali kebiasaan itu sudah dianggap kuno, kalah dengan hiburan zaman modern yang kaya akan tawaran-tawaran hedonis. Bahkan secara agama, kebiasaan merayakan “padhang mbulan“ oleh orang-orang tertentu dianggap sebagai tradisi yang sia-sia karena tidak menimbulkan pahala. Padahal bulan purnama memiliki khasiat lain sebagai media terapi lahir dan batin di saat terjadi berbagai kegelisahan jiwa. Sinar bulan purnama sangat baik untuk mengobati segala macam penyakit dengan cara menjemur diri di bawah sinar bulan purnama. Apalagi disertai dengan semedi sebagai wahana olah raga dan olah rasa. Itulah mengapa leluhur kita zaman dahulu melakukan semadi pada saat datangnya bulan purnama.

5. Watak Samodra

Mengambil sisi positif dari watak samodra. Samodra atau lautan memiliki karakter yang dapat memuat apa saja yang masuk ke dalamnya. Walaupun berupa sampah industri dan rumah tangga, bangkai anjing, bangkai manusia, semua dapat diterima dengan sikap tulus tidak pernah menggerutu. Dalam terminologi Jawa terdapat kalimat permohonan maaf sebagai berikut; nyuwun lumebering sih samodra pangaksami bilih wonten kathahing kalepatan. Watak samudra maknanya adalah hati yang luas, penuh kesabaran, serta siap menerima berbagai keluhan atau mampu menampung beban orang banyak tanpa perasaan keluh kesah. Samodra menggambarkan satu wujud air yang sangat luas, namun di dalamnya menyimpan kekayaan yang sangat bernilai dan bermanfaat untuk kehidupan manusia. Namun samodra tidak pernah pamer potensinya yang bernilai besar kepada orang banyak. Samodra memendam segala kemampuan, kelebihan dan potensinya berada dalam kandungan air yang dalam. Watak samodra menggambarkan jalma tan kena kinira, orang yang tampak bersahaja, tidak norak, tidak dapat disangka-sangka sesungguhnya ia menyimpan potensi yang besar di berbagai bidang, namun tabiatnya sungguh jauh dari sifat takabur, atau sikap menyombongkan diri.

Manusia watak samodra, tidak pernah membeda-bedakan golongan, kelompok, suku, bangsa, dan agama. Semua dipandang sama-sama makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki kesamaan derajat di hadapan Tuhan. Yang mebedakan adalah akal-budinya, keadaan batin, serta perbuatannya terhadap sesama. Dalam bidang keilmuan, watak samodra akan sangat arif dan bijaksana. Sekalipun berilmu tinggi ia sangat merendah bahkan berlagak bodoh. Sebagaimana watak Bima Sena, yang mampu menutupi (tidak pamer) akan ilmunya yang luas, sehingga dapat menyesuaikan diri secara sempurna dengan siapapun dan di manapun ia berada. Satu lagi, watak samodra yang paling dahsyat adalah kemampuannya untuk menetralisir segala yang kotor dan polutan. Limbah tak bertanggungjawab yang dibuang ke laut akan diproses secara-pelan-pelan dan akhirnya racun dan bakteri yang masuk ke laut akan tak berdaya bergulat dengan molekul air samodra yang jenuh akan unsur garam. Orang berwatak samodra akan mampu mengurai dan memberikan jalan penyelesaian berbagai problema yang ia hadapi, maupun problema yang dialami orang lain. Bersediakah Anda berwatak nyegoro ?

Watak Air (Hambeg Tirta)

Mengambil sisi positif dari watak maruta. Tirta atau air berwatak selalu rendah hati dalam perilaku badan (solah) dan perilaku batin (bawa) atau andhap asor. Selalu menempatkan diri pada tempat yang rendah, umpama perilaku dinamakan rendah hati (lembah manah) dan sopan santun (andhap asor). Orang yang berwatak air akan selalu rendah hati, mawas diri, bersikap tenang, mampu membersihkan segala yang kotor. Air selalu mengalir mengikuti lekuk alam yang paling mudah dilalui menuju samodra. Air adalah gambaran kesetiaan manusia pada sesama dan pada kodrat Tuhan. Air tidak pernah melawan kodrat Tuhan dengan menyusuri jalan yang mendaki ke arah gunung, meninggalkan samodra. Orang yang berwatak air, perbuatannya selalu berada pada kehendak Tuhan, jalan yang ditempuh selalu diberkahi Gusti Kang Murbeng Dumadi. Sehingga watak air akan membawa seseorang menempuh jalan kehidupan dengan irama yang paling mudah, dan pada akhirnya akan masuk kepada samodra anugrah Tuhan Yang Maha Besar. Tapi jangan mengikuti watak air bah, tsunami, lampor, rob, yang melawan kodrat Tuhan, perbuatan seseorang yang menerjang wewaler, religi, tatanan sosial, tata krama, hukum positif, serta hukum normatif.

Berwatak air, akan membawa diri kita dalam sikap yang tenang, tak mudah stress, tidak mudah bingung, tidak gampang kagetan, lemah-lembut namun memiliki daya kekuatan yang sangat dahsyat. Sikap kalem tidak bertabiat negatif. Namun hati-hatilah karena orang sering merasa sudah mengikuti watak air, namun tidak menyadari yang diikuti adalah air bah, maknanya adalah watak cenderung membuat kerusakan, diburu-buru, tanpa perhitungan, asal ganyang, buta mata akan resiko, yang penting gasak dulu, urusan dipikir dibelakang (pecicilan/pencilakan/cenanangan/jelalatan).

6. Watak Langit (Hambeg Akasa)

Akasa atau langit. Bersifat melindungi atau mengayomi terhadap seluruh makhluk tanpa pilih kasih, dan memberi keadilan dengan membagi musim di berbagai belahan bumi. Watak langit ini relatif paling sulit diterapkan oleh manusia zaman sekarang, khususnya di bumi nusantara ini. Seorang pemimpin, negarawan, politisi, yang mampu bersikap tanpa pilih kasih dan bersedia mengayomi seluruh makhluk hidup, merupakan tugas dan tanggungjawab yang sangat berat. Apalagi di tengah kondisi politik dan kehidupan bermasyarakat yang cenderung mencari benarnya sendiri, mencari untungnya sendiri, dan mencari menangnya sendiri. Tidak jarang seseorang, atau wakil rakyat yang hanya memperjuangkan kepentingan partainya saja, bukan kepentingan bangsa. Bahkan anggota legislatif, pimpinan masyarakat, para aktor intelektual, pemuka spiritual terkadang tak menyadari sedang mengejar kepentingannya sendiri, atau kepentingan kelompoknya saja. Orang-orang di luar diri atau kelompoknya dianggap tidak penting untuk diayomi. Orang yang berbeda peristilahan, bahasa, budaya, adat istiadat, dan tradisi sekalipun sebangsa dan setanah air, tetap saja diasumsikan sebagai orang yang tak perlu di bela dan dilindungi. Bahkan orang-orang tersebut dianggap sesat, pembual, pembohong, penipu. Prasangka-prasangka negatif ini sangat bertentangan dengan watak akasa. Akasa atau langit akan melihat secara gamblang beragamnya persoalan kehidupan di muka bumi ini. Kewaskitaan akasa seumpama mata satelit, ia akan menyaksikan bahwa ternyata di atas bumi ini terdapat ribuan bahkan jutaan jalan spiritual menuju satu titik yang sama, meskipun jalan yang ditempuh sangat beragam dan berbeda-beda. Maka watak langit tak suka menyalahkan orang lain, tak suka menghujat sesama, tak suka memaki dan mengumpat sekalipun terhadap orang yang memusuhinya. Itulah watak langit, sebagaimana terdapat pada Bethara Indra. Justru terhadap semua manusia apapun watak, dan bagaimanapun sikapnya Bethara Indra akan selalu ngemong sesama, mampu mengelola watak mengalah, mampu menahan diri, meredam emosi, dan membimbing seluruh makhluk hidup dengan cara yang penuh dengan kasih sayang. Dalam manajemen perilaku Jawa, sikap ini selalu diutamakan terutama dalam pasamuan, bebrayan (bermasyarakat), pertemuan, diskusi, dan dalam berbagai pergaulan. Maka watak Jawa menuntut perilaku hambeg utama, lumuh banda, luhur dalam budi pekerti atau solah (perilaku jasad) dan bawa (perilaku batin). Sedangkan terhadap yang masih bodoh, sikapnya tiada pernah mempermalukan dan meremehkan. Itulah watak Bathara Indra, sebagai watak akasa atau langit. Sayang sekali, watak ini sudah terkena polusi “watak asing” yang menjadikan seseorang tidak canggung mencaci orang lain yang berada di luar kelompoknya, dan menyalahkan orang yang tak sepaham dengannya. Salah satu sikap, bila ingin mengaplikasi watak Bathara Indra, bilamana kita berangkat dengan kesadaran bahwa ilmu pengetahuan yang kita kuasai seumpama sebutir debu yang beterbangan, maka kita tak akan pernah memiliki watak merasa paling benar dan pandai. Karena rahasia ilmu yang terdapat di jagad raya ini adalah sebanyak debu yang ada di seluruh alam semesta.

7. Watak Angin (Hambeg Maruta)

Maruta atau angin atau udara. Mengambil sisi positif dari watak angin Bathara Bayu. Angin memiliki watak selalu menyusup di manapun ada ruang yang hampa, walau sekecil apapun. Angin mengetahui situasi dan kondisi apapun dan bertempat di manapun. Kedatangannya tidak pernah diduga, dan tak dapat dilihat. Seseorang yang berwatak samirana atau angin, maknanya adalah selalu meneliti dan menelusup di mana-mana, untuk mengetahui problem-problem sekecil apapun yang ada di dalam masyarakat, bukan hanya atas dasar kata orang, katanya, konon, jare, ceunah ceuk ceunah. Watak angin mampu merasakan apa yang orang lain rasakan (empati), orang berwatak angin akan mudah simpati dan melakukan empati. Watak angin sangat teliti dan hati-hati, penuh kecermatan, sehingga seorang yang berwatak angin akan mengetahui berbagai persoalan dengan data-data yang cukup valid dan akurat. Sehingga menjadi orang yang dapat dipercaya dan setiap ucapannya dapat dipertanggungjawabkan.

8. Watak Api (Hambeg Agni)

Agni atau api atau dahana. Yang diambil adalah sisi positif dari watak api yakni Bathara Brahma. Watak api adalah mematangkan dan meleburkan segala sesuatu. Seorang yang mengambil watak api akan mampu mengolah semua masalah dan kesulitan menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga. Ia juga bersedia untuk melakukan pencerahan pada sesama yang membutuhkan, murah hati dalam mendidik dan menularkan ilmu pengetahuan kepada orang-orang yang haus akan ilmu. Mematangkan mental, jiwa, batin sesama yang mengalami stagnansi atau kemandegan spiritual. Api tidak akan mau menyala tanpa adanya bahan bakar. Maknanya seseorang tidak akan mencari-cari masalah yangbukan kewenangannya. Dan tidak akan mencampuri urusan dan privasi orang lain yang tidak memerlukan bantuan. Api hanya akan melebur apa saja yang menjadi bahan bakarnya. Seseorang mampu menyelesaikan semua masalah yang menjadi tanggungjawabnya secara adil (mrantasi ing gawe). Serta tanpa membeda-bedakan mana yang mudah diselesaikan (golek penake dewe), dan tidak memilih berdasarkan kasih (pilih sih) , memilih berdasarkan kepentingan pribadinya (golek butuhe dewe).

KEDALAMAN MAKNA HASTA BRATA

Kebulatan dalam menerapkan Hasta Brata dapat menumbuhkan sikap dan tekad bulat menetapkan diri pada kodrat Gusti Kang Akarya Jagad serta menjauhkan diri dari segala sikap berseteru dengan Tuhan, sebaliknya selalu eling dan wasadha, dapat menselaraskan antara ucapan dengan perbuatan. Selalu mengutamakan sikap sabar dalam menghadapi semua kesulitan dan penderitaan, berpendirian teguh tidak terombang-ambing oleh keadaan yang tidak menentu, tidak bersikap gugon tuhon atau anut grubyug (taklid), ela-elu, sikap asal–asalan. Pikiran kritis, hati yang bersih, batin yang selalu bening tidak berprasangka buruk, serta tidak mencari-cari keburukan orang lain. Bersikap legawa dan menerima apa adanya akan hasil akhir (qona’ah) terhadap apa yang diperolehnya. Dengan tetap memiliki semangat juang dan selalu berusaha tanpa kenal putus asa.

Dimilikinya watak, sifat, karakter, tabiat sebagaimana terangkum dalam Hasta Brata yang dapat membuka “olah rasa” untuk selalu eling mampu berkecimpung dalam pergaulan luas dan segala tatanan masyarakat. Pasrah dengan bersandar pada kecermatan fikir dan kebersihan nalar. Untuk mengupayakan jalan hidup agar tidak keluar dari rambu-rambu dalam mewujudkan harapan, serta menciptakan ketenteraman, keselamatan dan kesejahteraan bersama. Demikianlah nilai-nilai kepemimpinan yang terkandung di dalam falsafah Hasta Brata yang menjadi pusaka pegangan Prabu Rama Wijaya dan Prabu Sri Bethara Kresna sewaktu jumeneng raja di tlatah Ayodya Pala. Yang diwejangkan juga kepada Raden Arjuna.

Ada tiga nilai terpenting yang dapat dijadikan benang merah :

Pertama; pola kepeminpinan Prabu Rama Wijaya dan Prabu Sri Bathara Kresna yang menjadi nilai-nilai luhur dan patut menjadi teladan bagi siapapun yang menjadi pemimpin bangsa ini. Beliau berdua mampu memimpin negara dengan adil dan bijaksana, sehingga nama keduanya sangat harum di mata rakyatnya.

Kedua; walaupun bertemakan kepemimpinan, namun nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya dapat menjadi teladan siapapun, sekalipun bukan pimpinan negara, karena setiap manusia minimal menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. Bila seseorang mampu menghayati dan mengamalkan pusaka Hasta Brata pastilah akan menemukan keharmonisan dalam kehidupan dan pergaulan masyarakat.

Ketiga; bila kita meneladani kedelapan bagian dari jagad raya tersebut berarti kita memasuki wilayah spiritual yang bernilai religiusitas tinggi. Membaca tanda-tanda alam sama halnya memahami kegungan Tuhan. Ibarat membaca ayat-ayat Tuhan yang tersirat dalam bahasa kebijaksanaan kodrat alam. Umpama kalimat tanpa tulisan, papan tulis tanpa ada tulisan. Dapat juga dipersonifikasikan sebagai “tapaking kuntul anglayang”.

Baden-powellPandu-pandu sedunia yang tercinta! Sebelum akhir hayatku kian mendekat, tak ada salahnya aku berpesan kepada kalian sebagai tanda perpisahan dariku untuk selama-lamanya sebelum meninggalkan semuanya….

Ini merupakan pesanku yang terakhir, camkanlah baik-baik dalam hatimu. Cita-citaku sebagian sudah tercapai sehingga dapat dipetik hasilnya. Sebagian lagi yang belum tercapai mudah-mudahan oleh kalian bisa diteruskan sehingga bisa bermanfaat buat hidupmu.

Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Jika kalian meneliti alam sekeliling ciptaan Tuhan, niscaya akan menyadari bahwa sesungguhnya hidup ini penuh dengan keajaiban yang dapat menimbulkan kebaikan dan keindahan bagi kita. Lebih baik kita mengamati dan menikmati segala macam yang kita anggap baik dan indah daripada kita selalu mencari-cari hal yang jelek.

Keinginan tiada lain, berusahalah kalian agar kelak bila saatnya tiba untuk mengembuskan napas terakhir harus dalam keadaan bahagia dan puas. Oleh karena itu, selama hidup di dunia gunakanlah waktumu sebaik-baiknya. Berikhtiarlah terus dengan penuh optimistis untuk mencari kebahagiaan di atas dunia ini.

Itu semua sudah tercantum dalam pegangan hidup kita berupa Janji Pandu (Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka). Sekali kita mengucapkan Sumpah Setya, maka seumur hidup akan tetap seorang pandu.

Tuhan akan memberikan perlindunganNya bila kita senantiasa berusaha dengan niat suci dan ikhlas. Salam terakhir dari sahabatmu,

morse

morse code alphabet

KEPUTUSAN

KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA

NOMOR : 131/KN/76

TAHUN 1976

TENTANG

PETUNJUK PENYELENGGARAAN PESTA SIAGA

Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramukapramuka-1

Menimbang          : 1. Bahwa dalam rangka membina dan meningkatkan kekeluargaan, persaudaraan, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan para Pramuka Siaga, perlu diselenggarakan pesta siaga yang menarik sesuai dengan keperluan dan kepentingan anak/pemuda dewasa ini

2. Bahwa untuk penyelenggaraan pesta siaga tersebut perlu dikeluarkan Petunjuk Penyelenggaraan Pesta Siaga

Mengingat            : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 238 Tahun 1961, juncto Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 12 Tahun 1971 tentang Anggaran Dasar Gerakan Pramuka

2. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No.045/KN/74 tahun 1974 tentang Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka

3. Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Tahun 1974, di Manado, Sulawesi Utara

4. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No.130/KN/76 tentang Pertemuan Pramuka

Memperhatikan   : 1. Saran-saran Ketua Kwartir Nasional Harian/Sekretaris Jendral dan para Andalan Nasional Gerakan Pramuka

2. Saran-saran Andalan Nasional Gerakan Pramuka

MEMUTUSKAN :

Menetapkan         :

Pertama                : Petunjuk Penyelenggaraan Pesta Siaga, sebagaimana tercantum dalam lampiran surat keputusan ini

Kedua                    : Mengintruksikan kepada Kwarda dan Kwarcab untuk mendorong dan membantu para pembina pramuka untuk melaksanakan dengan pesta siaga

Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan

Ditetapkan di : Jakarta.

Pada tanggal :        Desember 1976

Ketua Nasional Gerakan Pramuka

Ketua

M. Sarbini

Letjen TNI

BAB I

PENDAHULUAN

Pt.1.     UMUM

  1. Untuk mencapai tujuan gerakan pramuka tersebut dalam AD dan ART pasal 4 maka perlu adanya usaha dan kegiatan untuk membangkitkan, mengatur, mendorong, mengarahkan, dan mengendalikan keinginan, semangat dan daya kemampuan anak-didik pramuka siaga
  2. Dalam pengarahan dan pengendalian keinginan, semangat dan daya kemampuan anak didik perlu ditanamkan, dipupuk dan dikembangkan
    1. Kesadaran beragama untuk taqwa dan cinta pada Tuhan Yang Maha Esa
    2. Kesadaran berkaidah untuk mengetahui dan menghayati apa yang baik (menguntungkan) dan apa yang tidak baik (merugikan) dalam hubungan antara sesama manusia, berdasarkan ideologi Pancasila
    3. Kesadaran sosial untuk memiliki rasa persahabatan/persaudaraan baik antar pramuka maupun antara pramuka dan masyarakat
    4. Kesadaran berbangsa dan bernegara untuk memiliki rasa cinta pada lam, bangsa dan negara Indonesia, serta mempertebal kepercayaan pada diri sendiri
  3. Dalam rangka pembangunan masyarakat dan pembangunan bangsa, maka penanaman dan pembinaan kesadaran tersebut dalam pt.1b. harus dimulai pada anak didik seumur pramuka siaga, sebagai tugas awal gerakan pramuka, untuk kemudian secara bertahap ditingkatkan menjadi kesadaran hukum, tertib masyarakat, kesadaran bermasyarakat dan berpemerintah melalui tingkatan penggalang, penegak dan pandega
  4. Tugas awal gerakan pramuka dalam rangka mendidik anak dan pemuda adalah menggali/membangkitkan prinsip-prinsip kemanusiaan, ciptaan Tuhan Yang Maha Adil yaitu antara lain :
    1. Kejujuran
    2. Keadilan
    3. Kerelaan berkorban
  5. Prinsip-prinsip kemanusiaan itu harus diperkuat dengan keberanian, kesabaran/ketabahan dan keuletan, untuk kemudian dikembangkan menjadi ketaatan/disiplin, rasa tanggung jawab dan kepemimpinan (leadership)
  6. Akhirnya setiap anak didikharus disiapkan untuk memiliki :
    1. Pengetahuan dan keterampilan untuk dapat melaksanakan segala tugas dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat Indonesia
    2. Kekuatan lahir dan batin untuk mengatasi segala kesulitan dan tantangan dalam melaksanakan tugas tersebut
    3. Semangat untuk dapat menyelesaikan tugas itu, dengan sukses dan bermanfaat bagi pribadinya, masyarakat dan bangsa Indonesia
  7. Salah satu usaha dan kegiatan tersebut dalam pt.1a. adalah penyelenggaraan pesta siaga, sebagai suatu pertemuan pramuka, khusus untuk golongan siaga
  8. Dalam rangka membina dan meningkatkan kekeluargaan, persaudaraan, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan para pramuka siaga, perlu diselenggarakan pesta siaga, yang disesuaikan dengan keperluan, keadaan, keinginan, kepentingan, dan perkembangan :
    1. Anak didik pramuka siaga
    2. Masyarakat setempat

Pt.2.     MAKSUD DAN TUJUAN

  1. Maksud dari petunjuk penyelenggaraan ini adalah sebagai pedoman bagi kwartir dan satuan pramuka untuk menyelenggarakan pesta siaga yang berhasil-guna dan sebaik-baiknya
  2. Tujuannya adalah untuk mengatur dan memperlancar segala usaha dalam rangka pencapaian tujuan gerakan pramuka, seperti tercantum dalam anggaran dasar pasal 4

Pt.3.     RUANG LINGKUP

Petunjuk penyelenggaraan ini meliputi segala hal ihwal yang berhubungan dengan penyelenggaraan pesta siaga yaitu :

  1. Pengertian, sasaran dan fungsi pesta siaga
  2. Pola umum kegiatan dalam pesta siaga
  3. Perencanaan pengorganisasian dan tata laksana
  4. Dukungan administrasi
  5. Lain-lain

Pt.4.     DASAR

  1. AD, dan ART, gerakan pramuka
  2. Keputusan M.M.P.P. tahun 1970 di pandaan
  3. Keputusan MUNAS gerakan pramuka tahun 1974 di manado
  4. Surat keputusan KWARNAS gerakan pramuka no. 130/KN/76 tahun 1976, tentang petunjuk penyelenggaraan pertemuan pramuka

BAB II

PENGERTIAN, SASARAN DAN FUNGSI

PESTA SIAGA SERTA PEMISAHAN PESERTANYA

Pt.5.     PENGERTIAN

  1. Pesta siaga adalah pertemuan para pramuka siaga, yang berisi acara kegiatan bersama antara perindukan beberapa gugusdepan pramuka
  2. Pesta siaga merupakan kegiatan untuk siaga yang bentuk kegiatannya dipilih dan diselenggarakan sesuai dengan :
    1. Keadaan, kepentingan dan perkembangan anak didik
    2. Keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat setempat

Pt.6.     SASARAN

Sasaran pesta siaga adalah membina dan mengembangkan kekeluargaan dan persaudaraan antar sesame pramuka siaga

Pt.7.     FUNGSI

Fungsi pesta siaga adalah

  1. Memberikan variasi kepada latihan berkala dari perindukan masing-masing
  2. Mengadakan tukar menukar pengalaman, pengetahuan dan kecakapan antar sesama pramuka siaga
  3. Membina hubungan baik antara gerakan pramuka dengan masyarakat

Pt.8.     PEMISAHAN

  1. Sesuai dengan perkembangan jasmani dan rokhani siaga, pesta siaga putera dan pesta siaga puteri, masing-masing diselenggarakan terpisah
  2. Mengingat beberapa sebab tertentu, dengan sepengetahuan dan tanggung jawab para Pembina pramuka dan majelis pembimbing yang bersangkutan, pesta siaga putera dan puteri dapat diselenggarakan bersama-sama

BAB III

POLA UMUM KEGIATAN DALAM PESTA SIAGA

Pt.9.     TINGKAT PENYELENGGARAAN

  1. Pesta siaga dapat diselenggarakan ditingkat :
    1. Desa yang diikiuti oleh beberapa perindukan siaga dalam desa yang bersangkutan
    2. Kecamatan yang diikuti oleh beberapa perindukan siaga dalam kecamatan yang bersangkutan
    3. Cabang yang diikuti oleh beberapa perindukan siaga dalam cabang yang bersangkutan
    4. Pesta siaga juga dapat diselenggarakan oleh beberapa desa, kecamatan dan/atau dan antar cabang yang bersangkutan
    5. Mengingat kesulitan yang akan banyak dihadapi, pesta siaga tidak diselenggarakan ditngkat daerah, atau ditngkat nasional, sehubungan dengan keadaan dan kemampuan wilayah dan anak didik setempat
    6. Pesta siaga pada dasarnya dapat diikuti oleh semua siaga dari semua perindukan dilingkungan tersebut
    7. Berdasarkan beberapa sebab tertentu (tempat, fasilitas, dan lain-lain) dalam penentuan peserta, penyelenggaraan dapat menentukan kebijakan tersendiri, sejauh mungin dihindari adanya persyaratan peserta atas dasar kejuaraan

Pt.10.  LANDASAN DAN BENTUK KEGIATAN

  1. Semua kegiatan dalam pesta siaga dilandasi jiwa pramuka seperti yang tersurat dan tersirat dalam satya dan dharma pramuka
  2. Pesta siaga merupakan satu-satunya pertemuan pramuka untuk golongan siaga
  3. Pesta siaga dapat berbentuk :
    1. Rekreasi,
    2. Permainan bersama,
    3. Darmawisata,
    4. Pasar siaga (bazar),
    5. Ketangkasan dan ketrampilan,
    6. Karnaval,
    7. Perkemahan siang hari (dagkamp),
    8. Pameran (exposisi),
    9. Pesta seni budaya dan
    10. Lain-lain

Pt.11.  SIFAT KEGIATAN

  1. Pesta siaga bukan perlombaan untuk mencari kejuaraan. Sesuai dengan perkembangan jasmani dan rokhani pramuka siaga, pesta siaga besifat :
    1. hiburan/rekreatif
    2. kreatif
    3. riang gembira dan
    4. banyak gerak
    5. Untuk memberi semangat dan gairah pramuka siaga, dengan tidak mengurangi semua sifat pesta siaga, sebagian acara kegiatannya dapat dilombakan

Pt.12.  PENGATURAN/PENYUSUNAN ACARA KEGIATAN

  1. Acara kegiatan dalam pesta siaga diatur dan disusun sesuai dengan :
    1. Bentuk pesta siaga antara lain :
      1. dalam karnaval ada lomba topeng, pameran pakaian lucu, sepeda hias, dan lain-lain
      2. dalam permainan bersama ada permainan ketangkasan, ketrampilan dan lain-lain
      3. dalam pentas seni budaya, dapat dilihatkan macam-macam kemampuan siaga, senitari, senisuara, senilukis, deklamasi, dan lain-lain
    2. Keadaan dan kemampuan setempat, misalnya :
      1. darmawisata kepantai, keluar kota melihat pemandangan, kekebun binatang, dan lain-lain
      2. meninjau tempat dan peninggalan besejarah, museum dan lain-lain
    3. Perkembangan jasmani dan rokani pramuka siaga, sehingga semua kegiatan itu tidak terlalu melemah, dan tidak mengambil alih kegiatan golongan pramuka lain
    4. Penyajian secara kegiatan dalam pesta siaga diatur dan disusun secara berencana, agar :
      1. Beraneka ragam (bervariasi), menarik, membangkitkan suasana riang gembira, membanggakan, memuaskan dan tidak menjemukan
      2. Menambah pengalaman, meningkatkan pengetahuan, kecakapan, kecerdasan, ketrampilan, kecerdasan, ketrampilan, ketangkasan dan ketajaman indera
      3. Menimbulkan rasa ikut serta, ikut berbuat dan ikut bertanggungjawab
      4. Memupuk rasa persaudaraan, menghargai orang lain, setia kawan, suka menolong dan ikut berusaha menciptakan persatuan dan kesatuan bangka serta perdamaian dunia
      5. Memupuk rasa kebanggaan nasional Indonesia
      6. Mempertebal kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

Pt.13.  PEDOMAN PELAKSANAAN

  1. Kegiatan dalam pesta siaga harus mengandung pendidikan. Kegiatan itu meliputi segala segi kehidupan dan penghidupan manusia yang baik, sejalan dengan pedoman yang terdapat dalam syarat kecakapan umum (SKU) dan syarat kecakapan khusus (SKK). Selanjutnya pesta siaga supaya dikembangkan sesuai dengan keadaan dan kemampuan setempat, yang bersumber pada nilai-nilai :
    1. agama
    2. filsafat pancasila
    3. persahabatan dan persaudaraan
    4. perkembangan ekonomi dan teknologi
    5. perkembangan nasional
    6. seni budaya, olah raga, kesejahteraan keluarga, dan lingkungan
    7. keamanan dan ketertiban lingkungan dan
    8. lain-lain
    9. Semua kegiatan dalam pesta siaga dilaksanakan sedemikian rupa sehingga memberi kesempatan :
      1. belajar
      2. berlatih
      3. bekerja
      4. beribadat
      5. berbakti dalam suasana riang gembira
      6. Semua kegiatan pesta siaga dilaksanakan dengan :
        1. penerapan prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan, yang pelaksanaannya diserasikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan anak, masyarakat dan bangsa Indonesia
        2. banyak praktek secara praktis yang menyenangkan bagi siaga yaitu dengan :
          1. belajar sambil bekerja (learning by doing)
          2. membuat ceritera sebagai pembungkus kegiatan siaga
          3. membuat selingan dan menggiring kegiatan siaga dengan lagu-lagu gembira
          4. menyelenggarakan kegiatan dengan banyak gerak (dynamis) dan menghindari sejauh-jauhnya kegiatan melalui ceramah
          5. kegiatan sederhana, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan
    10. penggunaan sistem among, yang mengharuskan Pembina pramuka mempunyai sikap laku :
      1. ing ngarso sung tulada (di depan memberi teladan)
      2. ing madya mangun karsa (di tengah membangun semangat)
      3. tut wuri handayani (di belakang memberi daya)

dan yang pelaksanaannya untuk golongan siaga, dititik beratkan kepada “ing ngarso sung tulada”

BAB IV

PERENCANAAN, PENGORGANISASIAN

DAN TATA-LAKSANA

Pt.14.  PERENCANAAN

  1. Untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya, perlu dibentuk panitia penyelenggaraan pesta siaga yang wajib memikirkan, merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan segala tugas yang dibebankan kepadanya dengan tertib dan penuh tanggungjawab
  2. Perencanaan secara masak yang disusun dengan seksama, dan terperinci, lengkap dan sistematis, meliputi :
    1. bentuk kegiatan pesta siaga
    2. tujuan dan maksud pesta siaga
    3. tempat dan waktu penyelenggaran
    4. susunan panitia penyelenggara (tugas struktur organisasi, personalia, pembagian kerja, dan lain-lain)
    5. tahap-tahap pelaksanaan kerja
    6. perincian acara kegiatan
    7. ketentuan mengenai peserta
    8. perlengkapan dan perbekalan
    9. rencana biaya
    10. penelitian, pengawasan dan penilaian dan
    11. lain-lain

Pt.15.  PENGORGANISASIAN

  1. Struktur organisasi panitia penyelenggaraan pesta siaga disusun secara seksama, terperinci, lengkap dan sistematis, sesuai dengan :
    1. acara, kegiatan, kepentingan, dan hubungan kerja masing-masing bagian
    2. tata tingkat/jenjang bagian-bagiannya
    3. rencana kegiatan, dengan mengingat daya guna dan tepat guna dari kerja panitia itu
    4. Pesta siaga harus diselenggarakan oleh semua pihak yang bersangkutan dengan penuh kesungguhan,tanggungjawab dan pengabdian secara sukarela, gotong-royong, akrab dan bersaudara, diserta usaha untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya
    5. Panitia penyelenggara dapat terdiri dari anggota dan bukan anggota gerakan pramuka
    6. Dalam penyelenggaraan pesta siaga digunakan tenaga penegak dan pandega sebagai anggota panitia penyelenggara untuk membantu para Pembina pramuka, supaya pengetahuan dan pengalaman mereka bertambah
    7. Pesta siaga diselenggarakan :
      1. antar gugusdepan yang berdekatan, tiga bulan sekali
      2. ditingkat kortan,atau antar desa yang berdekatan 6 bulan sekali
      3. ditingkat cabang atau antar kecamatan yang berdekatan setahun sekali
      4. antar ugusdepan yang berdekatan tetapi berlainan kecamatan maupun cabangnya, diatur oleh yang bersangkutan

Pt.16.  PEMBAGIAN KEWAJIBAN, WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB

  1. Penyelenggara pesta siaga merupakan kewajiban, wewenang dan tanggung jawab :
    1. pimpinan gudep untuk antar gudep
    2. kortan atas nama kwarcabnya untuk tingkat kecamatan
    3. kwarcab untuk tingkat cabang
    4. Pesta siaga tidak diselenggarakan ditingkat daerah atau nasional, tetapi kwarnas dan kwarda mempunyai kewajiban untuk memberi petunjuk, rangsangan, bimbingan dan saran serta menyebarluaskan semua pengalaman tentang penyelenggaraan pesta siaga kedaerah lainnya

Pt.17.  PENGAWASAN DAN PENILAIAN

  1. Pengawasan harus dilakukan oleh semua team yang ditunjuk oleh kwartir cabang atau koratan yang bersangkutan dengan tugas mengusahakan agar pesta siaga berlangsung dengan baik dan berakhir dengan hasil yang gemilang
  2. Penilaian ditugaskan kepada suatu team penilai. Data untuk penilaian didapat dari panitia penyelenggara dari peserta dan dari pihak-pihak lain yang bersangkutan atas penyelenggara pesta siaga itu sehingga hasilnya dapat obyektif

Pt.18.  LAPORAN

  1. Segera setelah pesta siaga selesai maka panitia penyelenggara harus menyerahkan suatu laporan tertulis, yang memberi gambaran tentang jalannya pesta siaga sejak dari tahap pemikiran sampai dengan tahap penyelesaiannya kepada kwartir cabang yang bersangkutan
  2. Dalam laporan pesta siaga tersebut harus dimuat antara lain :
    1. pemikirannya
    2. perencanaannya
    3. persiapannya
    4. pelaksanaannya
    5. penyelesaiannya
    6. panitianya
    7. peserta dan pengawasannya
    8. kesulitan hambatan dan usaha mengatasinya
    9. hasil kegiatan pesta siaga itu
    10. hasil penilaian atas penyelenggaraan dan kegiatannya
    11. pertanggungjawaban keuangan
    12. kesimpulan
    13. saran-saran untuk perbaikan kegiatan yang akan dating
    14. Laporan pesta siaga seperti yang dimaksud dalam pt.18a dan b diatas dikirim kepada :
      1. kortan dan kwartir cabangnya sebagai laporan pertanggungjawaban
      2. majelis pembimbing, instansi pemerintah, swasta dan masyarakat yang telah memberikan bantuan sebagai laporan pertanggungjawaban terutama atas penggunaan bantuannya
      3. kwartir nasional kwartir daerah, dan kwartir cabangnya bahan untuk disebar luaskan kedaerah lain, dalam rangka tukar menukar pengalaman dan informasi

BAB V

DUKUNGAN ADMINISTRASI

Pt.19.  UMUM

Untuk memperlancar segala usaha dan kegiatan dalam rangka penyelenggaraan pesta siaga, mutlak diperlukan adanya dukungan administrasi yang diselenggarakan dengan teliti/seksama, terperinci, lengkap, effisien dan efektif

Pt.20.  SUSUNAN PEMBINA PETUGAS

Susunan Pembina/petugas tiap panitia pesta siaga harus memenuhi kebutuhan pesta siaga, baik kwalitatif maupun kwantitatif.

Pt.21.  DUKUNGAN LOGISTIK

Kelengkapan dan perbekalan pesta siaga terdiri dari antara lain :

  1. kelengkapan pribadi
  2. kelengkapan kesatuan
  3. kelengkapan tempat/arena pesta siaga
  4. kelengkapan acara kegiatan pesta siaga dan
  5. alat-alat dan bahan-bahan untuk makan/konsumsi

Pt.22.  PEMBIAYAAN PESTA SIAGA

  1. Biaya penyelenggaraan pesta siaga dilakukan atas dasar swadaya dan gotong-royong, yaitu dipikul bersama oleh mereka yang bersangkutan dan berkepentingan terdiri atas unsur-unsur :
    1. para peserta pesta siaga, beserta orang tua atau walinya
    2. gugusdepan dan majelis pembimbing gugusdepannya
    3. majelis pembimbing desanya
    4. kortan dan majelis pembimbing kecamatannya
    5. panitia penyelenggara yang mengusahakan sumber dana lainnya yang tidak mengikat, baik dari pihak pemerintah swasta maupun masyarakat sendiri
    6. Segala pemasukan dan pengeluaran uangpramuka-1 untuk pembiayaan pesta siaga dimuat dalam laporan pertanggung jawaban secara terbuka yang disampaikan kepada semua pihak yang bersangkutan

Pt.23.  Hal-hal lain mengenai Pesta Siaga yang belum diatur dalam petunjuk penyelenggaraan ini, akan diatur lebih lanjut oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 31 Desember 1976

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka

Ketua

M. Sarbini

Letjen – TNI

pemilu2009

ini merupakan sebuah referensi bagi kita semua dibalik PILPRES RI 2009. mungkin yang saya tulis ini benar, tapi mungkin juga salah. karena semua yang ada di dunia ini adalah ALLAH SWT yang mengaturna, kita sebagai makhluk hanya bisa berdoa dan berusaha. hal-hal tersebut antara lain adalah sebagi berikut :

1. Pasangan Mega – Prabowo.

# “TUNGGAK SEMI” => TUMBUHNYA TUNAS.

meskipun sudah patah tetapi meiliki sebuah kekuatan untuk tumbuh / bangkit dari keterpurukan. Tetapi biasanya tumbuhnya tunas terjadi pada musim penhujan dan apa bila pada musim kemarau seperti sekarang hal tersebut belum akan terjadi. Harus menunggu waktu hingga datangnya musim penghujan, dalam artian bahwa pasangan ini masih belum mendapatkan kekuatan untuk mejadi seorang pemimpin bangsa ini. Tapi mungkin di lain periode hal ini bisa terwujud

# “KEBO MATI ILANG PERBAWANE” => KERBAU (BANTENG) YANG SUDAH MATI TIDAK MEMILIKI HARGA.

2. pasangan SBY – Boediono

# “SUMUR TINOBO” => SUMUR YANG SERING DIKUNJUNGI

pada musim kemarau seperti pada saat sekarang ini, sumur merupakan sebuah alternatif pilihan yang cocok untuk mendapatkan air. Dan sumur ini akan ramai dikunjungi orang-orang yang begitu membutuhkan air. Sumur ini juga merupakan pilihan bagi tunas untuk tumbuh dan merupakan sumber air selain sungai. Dalam artian bahwa pasangan ini akan menjadi tauladan bagi 2 pasangan yang lain.

# “ENAK DIGENDONG” => ENAK YANG DIGENDONG

3. pasangan JK – Wiranto

# “WASESA SEGORO” => KEKUATAN AIR LAUT

Air laut memiliki kekuatan yang luar biasa apabila terkumpul di samudra. Kekuatan tersebut berasal dari sungai-sungai yang terkumpul jadi satu. Tapi pada musim kemarau air sungai kering dan ainya tidak sampai ke laut. Dalam artian bahwa kekuatan itu tidak sampai ke laut (dalam hal ini adal pasangan JK -Wir). Kekuatan ini akan terkumpul apabila sungai mengalirkan air dan hal tersebut akan terjadi pada musim penghujan, bukan pada musim kaemarau seperti sekarang. Dalam artian bahwa dukungan pada pasangan ini belum mencapai maksimal karena airnya sudah kering disungai. Mungkin pada musim penghujan yang akan datang pasangan ini memiliki kekuatan untuk mencapai kursi presiden dan wapres.

# “JUSUF KALA WERANG TO” => JUSUF KALA MALU KAN!”

DARI BERBAGAI UARAIAN DIATAS BISA KITA TARIK KESIMPULAN BAHWA PASANGAN SBY – BOEDIONO LAH YANG AKAN UNGGUL PADA PILPRES MENDATANG.

YANG SAYA URAIKAN DIATAS BUKAN KARENA SAYA MEMIHAK KEPADA SALAH SATU PASANGAN, TETAPI ADALAH INFORMASI YANG SAYA PEROLEH DARI PINISEPUH YANG MUMPUNI DAN DARI AYAH SAYA YANG JUGA MERUPAKAN ORANG YANG SANGAT SAYA BANGGAKAN DAN BELIAU JUGA MERUPAKAN ORANG YANG MEMPUNYAI KOMPETENSI UNTUK HAL-HAL SEPERTI DI ATAS.

MOHON MAAF APABILA MENYINGGUNG BEBERAPA PIHAK, TAPI HAL INI MARILAH KITA JADIKAN SEBUAH REFERENSI DAN JANGAN SAMPAI MEMP[ENGARUHI PILIHAN ANDA. KARENA SEMUA AKAN KEMBALI KEPADA ALLAH SWT.

SALAM MAHASISWA !!!

inuyasha

inuyasha

Meneruskan sebelumnya, kita sudah tahu tentang hakikat mahasiwa dan sekarang kita akan mengkaji peran mahasiswa sebagai AGENT OF CHANGE.
Saya mulai dengan kata mahasiswa. Mahasiswa dipilih sebagai pelaku karena memiliki potensi yang besar sebagai agen perubahan. Mahasiswa saya definisikan di sini sebagai segmen pemuda yang tercerahkan karena memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. Di sini saya tidak membicarakan mahasiswa sebagai orang yang faham teknologi, atau faham ilmu-ilmu sosial, namun saya mengartikan mahasiswa sebagai orang yang memiliki kemampuan logis dalam berfikir sehingga dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Sebagai bagian dari pemuda, mahasiswa juga memiliki karakter positif lainnya, antara lain idealis dan energik. Idealis berarti (seharusnya) mahasiswa masih belum terkotori oleh kepentingan pribadi, juga belum terbebani oleh beban sejarah atau beban posisi. Artinya mahasiswa masih bebas menempatkan diri pada posisi yang dia anggap terbaik, tanpa adanya resistansi yang terlalu besar. Mahasiswa seharusnya berada diposisi netral yang tanpa ada embel-embel yang lain. Tetap berperan dengan idealisme dan independennya. Tanpa memihak kecuali kepada kebenaran.

Dengan potensi seperti di atas, wajar jika pada setiap zaman kemudian pemuda memegang peran penting dalam perubahan kaumnya. Kita lihat kisah Ibrahim as sang pembaharu, atau kisah pemuda Kahfi (18:9-26) yang masing-masing begitu sigap menerima kebenaran. Atau orang-orang yang segera menerima dan mendukung Rasulullah saw pun ternyata adalah para pemuda, bukan orang-orang tua yang saat itu menjadi pemuka kaumnya. Bukan Abu Jahal atau Abu Sufyan, tetapi Umar bin Khathab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah lah yang kemudian mengusung panji-panji Islam. Bahkan Abu Bakar – yang cukup tua pun – saat itu baru berusia 37 tahun.

Ada ulama yang kemudian menyampaikan bahwa pemuda dapat memiliki tiga peran, yaitu:

1. Sebagai generasi penerus (AthThur:21); meneruskan nilai-nilai kebaikan yang ada pada suatu kaum.
2. Sebagai generasi pengganti (Al Maidah:54); menggantikan kaum yang memang sudah rusak dengan karakter mencintai dan dicintai Allah, lemah lembut kepada kaum mu’min, tegas kepada kaum kafir, dan tidak takut celaan orang yang mencela.
3. Sebagai generasi pembaharu (Maryam:42); memperbaiki dan memperbaharui kerusakan yang ada pada suatu kaum.

Kata kunci yang kedua adalah Islam. Islam adalah sebuah ideologi yang memberikan energi besar bagi perubahan. Hal ini dimungkinkan karena karakter Islam yang syumul, mewarnai seluruh aspek kehidupan dan mengatur seluruh bagian manusia. Islam tidak hanya sekedar mewarnai pola pikir, namun dia juga mempengaruhi emosi, perasaan, pemikiran dan juga fisik. Berislamnya seseorang akan melahirkan sebuah totalitas. Dengan adanya syahadah, seorang muslim akan meyakini bahwa dia memang diciptakan hanya untuk beribadah, bahwa tidak ada yang dapat memberikan kemudharatan kecuali atas izin Allah, sehingga dengan demikian tidak ada lagi sesuatupun yang ditakutinya. Kalaupun harus berperang, dia meyakini bahwa apapun hasilnya akan berupa kebaikan. Matinya adalah syahid, dan hidupnya adalah kemuliaan.

Dengan demikian gabungan kata mahasiswa dan Islam memberikan sebuah energi besar yang berlipat, yang apabila diarahkan dengan baik dapat memberikan sebuah perubahan.

Berbicara tentang perubahan, tentunya akan memunculkan pertanyaan mengapa harus ada perubahan. Di sini ada beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai jawaban:

1. Kondisi saat ini sangat jauh dari ideal. Tidak perlu kita pungkiri bahwa masyarakat (termasuk atau terutama di Indonesia) saat ini masih cukup jauh dari Islam. Contoh yang jelas tampak di permukaan adalah pada moral masyarakat, misalnya korupsi yang membudaya atau adanya pergaulan bebas. Oleh karena itu tidak salah jika ada ulama yang mengatakan kondisi sekarang sebagai jahiliyah modern.
2. Perubahan adalah suatu keniscayaan, atau sunnatullah. Artinya suka atau tidak, kita akan menemui perubahan. Kalaupun kita diam, maka ada banyak pemikiran lain (komunis, liberal, dll) yang mencoba mengubah masyarakat sesuai dengan kehendak mereka. Oleh karena itu, diamnya kita berarti membiarkan ‘kekalahan’ ideologi yang kita yakini kebenarannya dan membiarkan terjadinya perubahan ke arah yang tidak kita kehendaki. Dalam Ar Ra’d:11, Allah berfirman bahwa Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum hingga mereka mengubah kondisi dirinya sendiri.
3. Melakukan perubahan adalah perintah di dalam ajaran Islam, sebagaimana dalam suatu hadits Rasulullah saw menyatakan bahwa orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung, orang yang hari ini sama dengan kemarin berarti rugi, dan orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin adalah celaka. Artinya kalau kita membiarkan kondisi statis tanpa perubahan – apalagi membiarkan perubahan ke arah yang lebih buruk – berarti kita tidak termasuk orang yang beruntung. Juga di dalam Ali Imran:104 Allah memerintahkan agar ada kaum yang menyeru kepada kebaikan – sebagai sebuah perubahan.

Pertanyaan berikutnya yang mungkin muncul adalah mengapa harus saya yang melakukan perubahan, dan bukan orang lain. Secara sederhana jawabannya adalah karena kita adalah orang-orang terpilih. 🙂 Dari sekitar 5 milyar penduduk bumi, hanya 1 milyar yang memeluk Islam, suatu segmen yang tidak terlalu besar. Dari sekian banyak pemeluk Islam, mungkin hanya sekitar 5 % yang menjadi mahasiswa. Berarti kita (baca: mahasiswa muslim) merupakan sebuah segmen yang sangat kecil. Dan dari sekian mahasiswa muslim, hanya puluhan atau mungkin ratusan yang tertarik mengikuti kajian, atau membaca tulisan bertemakan peran mahasiswa Islam sebagai agen perubahan. Orang-orang yang sedikit ini seharusnya tidak kemudian lepas tangan, yang artinya membiarkan perubahan berjalan ke arah yang tidak kita kehendaki. Dengan kata lain, kita telah sadar akan potensi yang kita miliki; dan setiap potensi bermakna adanya tanggung jawab. Makin besar potensi yang dimiliki seseorang, makin besar pula tanggung jawab yang dimilikinya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al Hakim, Rasulullah juga mengingatkan kita untuk mempergunakan lima kesempatan, yang di antaranya adalah masa muda sebelum datangnya tua.

Kesadaran bahwa kita ‘harus’ menjadi agen perubahan merupakan langkah awal yang kemudian harus dibarengi dengan pemahaman bagaimana cara melakukan perubahan atau ke arah mana perubahan itu kita arahkan. Di dalam surat Ali Imran:104 yang disebutkan di atas, Allah menyebutkan bahwa perubahan itu harus dilakukan ke arah “kebaikan”. Dalam tataran praktis, tentu kita harus mem-break down tujuan global itu ke dalam sasaran-sasaran jangka pendek, jangka menengah hingga jangka panjang. Arah kebaikan yang dimaksud adalah Islam dan tauhid, sehingga sebagai tujuan jangka panjang adalah terbentuknya masyarakat dan pemerintahan yang Islami yang lingkupnya tidak hanya Indonesia namun dunia. Sebagai sasaran antara, bisa saja kita memikirkan perubahan kepemimpinan nasional, penggolan agenda reformasi, dst. Tentu dalam menyusun agenda jangka pendek kita perlu memikirkan secara lebih detil, disesuaikan dengan kondisi yang ada dan kondisi ideal yang kita inginkan.

Dalam ilmu sosiologis disebutkan ada dua pandangan tentang perubahan, yaitu pandangan materialistik yang meyakini bahwa tatanan masyarakat sangat ditentukan oleh teknologi atau benda. Misalnya Marx yang menyatakan bahwa kincir angin menimbulkan masyarakat feodal; mesin uap menimbulkan masyarakat kapitalis-industri. Atau mungkin sekarang kita bisa mengatakan internet menimbulkan masyarakat informasi, dst. Sedang pandangan kedua adalah pandangan idealistik yang menekankan peranan ide, ideologi atau nilai sebagai faktor yang mempengaruhi perubahan. Dalam kaitannya dengan perbincangan kita, pandangan kedua inilah yang lebih mengena, di mana sasaran perubahan kita adalah manusia dan ideologi yang kita bawa adalah Islam.

Juga disebutkan bahwa ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk melakukan perubahan. Yang pertama dengan mengubah individu sehingga kemudian akan mempengaruhi tatanan sosial, kelompok atau organisasi. Yang kedua dengan mengubah kelompok, sehingga perubahan suasana dalam kelompok akan mempengaruhi individu (sebagai contoh orang yang sehari-harinya biasa saja, di dalam acara daurah pun akan terimbas untuk ikut melakukan amal-amal kebaikan, seperti mengaji, dll). Yang ketiga adalah menekankan pada perubahan struktur sosial yang kemudian akan menyebar ke seluruh bagian masyarakat. Kita bisa dan perlu melakukan ketiganya secara simultan, hanya saja perlu ditekankan bahwa perubahan yang langgeng adalah yang berasal dari pemahaman individu.

Ada beberapa aplikasi praktis atau tahapan yang perlu dilakukan dalam mengarahkan perubahan di dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:

* Perbaikan individu, yaitu perbaikan diri.

Dalam hal ini kita perlu menjawab pertanyaan, kita ada di mana dan mau ke mana, sehingga dapat dilakukan perbaikan (perubahan ke arah yang lebih baik). Tentu perbaikan diri di sini menyeluruh, baik (terutama) aspek agama, (kemampuan) akademis, (kemampuan) sosial, dll.
* Pembentukan lingkungan, perbaikan kaum, perbaikan umat.

Ini adalah tahapan berikutnya. Perlu diingat juga Ar Ra’d:11 dan Al Anfal:53
* Penyebaran wacana dan opini.

Dalam masyarakat luas, yang sulit untuk dilakukan pembinaan intensif yang melahirkan pemahaman, minimal perlu dilakukan penyebaran wacana dan opini. Perlu diingat bahwa pelaku penyebaran wacana dan opini perlu memiliki kredibilitas moral (masyarakat tidak akan mempercayai orang yang cacat moral) dan kredibilitas intelektual (baik lahir dari pendidikan maupun pengalaman).
Juga perlu diingat bahwa selain menyebarkan wacana normatif, kita perlu juga memberikan solusi aplikatif untuk menjawab permasalahan umat. Sekedar slogan “Islam adalah solusi” mungkin baik untuk langkah awal. Namun berhenti di situ hanya akan menyebabkan masyarakat apatis, sehingga perlu dilanjutkan dengan bagaimana cara Islam menjadi solusi. Dalam penelitian yang dilakukan di Turki disebutkan bahwa di masa represif Islam mampu bertahan karena kemampuannya untuk muncul dalam hal normatif yang tidak terlalu berbenturan dengan penguasa, namun di masa liberal justru Islam terkalahkan oleh gerakan kiri, karena gagal membumikan aspek normatif tadi ke dalam masalah praktis. Seharusnya gerakan Islam di Indonesia belajar dari hal ini.
* Penanaman motivasi pada masyarakat.

Motivasi akan melahirkan sebuah gerakan sehinga siapa yang berbicara sebuah perubahan akan membicarakan juga cara menanamkan motivasi. Sebagai catatan, motivasi ’semu’ cukup mudah diberikan, seperti dalam demonstrasi di mana peserta demonstrasi akan mengikuti perintah danlap karena larut dalam massa, atau motivasi yang muncul karena perintah dari penguasa. Namun motivasi ini akan lenyap begitu faktor luar yang menimbulkannya hilang. Dengan demikian pemberian motivasi yang terbaik adalah memunculkan motivasi internal, yang hanya mungkin muncul dengan adanya pemahaman. Pemahaman bahwa ideologi Islam adalah yang terbaik dan perlu diperjuangkan.
Penanaman motivasi ini menjadi makin penting kalau kita mengingat pendapat saintis (Thuman and Bennet) yang mengatakan bahwa faktor utama kepunahan sebuah peradaban (misal: peradaban Maya, peradaban Islam) adalah hilangnya kepercayaan diri, motivasi dan semangat untuk bertahan.
* Melakukan mobilitas vertikal dan network antar bidang.

Langkah di atas kebanyakan adalah perbaikan internal masyarakat Islam. Agar peradaban Islam kemudian mengemuka di antara peradaban lainnya, kita juga perlu melakukan mobilitas vertikal, atau memfungsikan seluruh potensi kita sebaik-baiknya – dalam term Islam disebut ihsan, dan menjalin network, yang dalam term Islam disebut dengan amal jama’i (61:4). Dengan demikian Islam akan mempengaruhi tidak hanya orang-orang yang telah tercerahkan dengan Islam (baca: muslim), namun juga orang-orang yang masih berada di luar Islam.

Satu catatan lain, bahwa adalah sebuah sunnatullah untuk melakukan perubahan secara bertahap (tadarruj), seperti halnya penciptaan manusia yang bertahap. Penerapan aturan Islam secara drastis oleh sebuah pemerintah – misalnya – tanpa mempersiapkan masyarakatnya lebih dahulu, hanya akan menimbulkan penolakan spontan. Dalam hal ini patut diingat ucapan Umar bin Abdul Aziz yang mengatakan, “Jangan engkau tergesa-gesa wahai anakku, sesungguhnya Allah pernah mencela khamr dalam Al Qur’an dua kali dan mengharamkannya pada kali yang ketiga. Aku khawatir jika membawa kebenaran ini kepada manusia secara spontan, maka mereka pun menolaknya secara spontan pula, sehingga dari sinilah akan muncul fitnah.”
Tentu dalam hal lain juga kita sadari bahwa di sisi lain pemahaman yang benar akan Islam, akan menimbulkan perubahan revolusioner dalam diri seseorang, seperti kondisi para shahabat yang begitu sigap dalam menerima perintah Allah dan Rasul-Nya.

Terakhir ada dua kata kunci yang perlu diingat dalam melakukan perubahan ini, yang pertama adalah pembinaan (tarbiyah) sehingga akan memberikan pemahaman dan motivasi yang langgeng. Musthafa Masyhur pernah berkata, “Tarbiyah bukan segalanya, tapi segalanya tidak ada tanpa tarbiyah.” Dan yang kedua adalah kerja keras dengan beramal, karena Allah hanya menilai amal dan usaha kita bukan hasil dari usaha kita.

Hakikat kita sebagai mahasiswa

Mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang sedang menekuni bidang ilmu tertentu dalam lembaga pendidikan formal dan menekuni berbagai bidang tersebut di suatu tempat yang di namakan universitas. Kelompok ini sering juga disebut sebagai “Golongan intelektual muda” yang penuh bakat dan potensi. Disamping itu mahasiswa juga semestinya mempunyai perilaku yang patut menjadi teladan para adik – adiknya yang masih duduk di bangku sekolah. Namun posisi yang demikian ini sudah barang tentu bersifat sementara karena kelak di kemudian hari mereka tidak lagi mahasiswa dan mereka justru menjadi pelaku-pelaku intim dalam kehidupan suatu negara atau masyarakat.

Namun yang menjadi pembahasannya sekarang adalah Hakikat kita sebagai mahasiswa yang semestinya mempunyai bakat dan potensi untuk membangun Bangsa dan Negara ini. Dalam hal makna, arti mahasiswa bukanlah posisi strata pendidikan yang dilakukan setelah lulus SMA. Namun ketika menginginkan makna ini agar jelas ada empat peran yang dimiliki mahasiswa yakni sebagai agen perubahan (AGEN OF CHANGE), kekuatan moral, kontrol sosial, dan cadangan potensial.

Sebagai agen perubahan (AGEN OF CHANGE), mahasiswa dituntut bersifat kritis. Diperlukan implementasi yang nyata. Contoh konkrit implementasi tersebut adalah perjuangan mahasiswa di tahun 1998 dalam mengumandangkan reformasi. Perubahan yang terjadi sebagai efek dari perjuangan mahasiswa masa itu sangatlah besar baik bagi kinerja pemerintahan, control kerja pemerintahan, kondisi perekonomian bangsa, sistem pendidikan yang diterapkan, serta hal-hal lain yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Harapan besar ditujukan pada para pemuda. Pemuda yang dimaksud adalah para mahasiswa. Dalam posisi ini, mahasiswa adalah aset yang sangat berharga. Harapan tinggi suatu bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi generasi penerus yang memiliki loyalitas tinggi terhadap kemajuan bangsa.

Sebagai kekuatan moral, masyarakat akan memandang tingkah laku, perkataan, cara berpakaian, cara bersikap, dan sebagainya yang berhubungan dengan moral sebagai acuan dasar mereka dalam berperilaku. Disinilah mahasiswa harus di tuntut ke intelektualannya dalam kekuatan moralnya di masyarakat.

Sebagai kontrol sosial, Masyarakat adalah sekumpulan populasi dengan beragam karakter. Banyak sekali aspek sosial yang harus dipenuhi agar tidak terjadi ketimpangan yang rentan memicu konflik. Jika kondisinya berlawanan, maka dapat dipastikan adanya konflik kecil yang bisa timbul di mahasiswa maupun masyarakat. Di sinilah peran mahasiswa. Kontrol dari kondisi – kondisi sosial merupakan implementasi nyata mahasiswa untuk bersinggungan langsung dengan masyarakat. Memanfaatkan media sangat atraktif bila diterapkan. Jika menyadari peran dalam masyarakat sewajarnya mahasiswa menjadi harapan masyarakat dan bukan sekadar penganut hedonistik.

Sebagai cadangan potensial, sebagaimana pengertian mahasiswa sendiri yang berarti suatu kelompok yang sedang menekuni bidang ilmu tertentu. Disinilah kesadaran para mahasiswa yang harus ditekankan, bahwa sebagai mahasiswa yang nantinya akan mempunyai suatu keahlian dalam bidang – bidang ilmu tertentu harus wajib mengamalkannya dalam masyarakat luas. Ini semua semata – mata untuk kemajuan Bangsa dan Negaranya sendiri. Dan disinilah tingkat Nasionalisme seorang “lulusan” mahasiswa akan di pertanyakan. Karena banyak “lulusan – lulusan “ mahasiswa Indonesia melupakan Bangsa dan Negaranya sendiri, karena mereka sudah dilupakan oleh uang dan jabatan yang mereka dapat di Bangsa dan Negara lain. Seharusnya kita (mahasiswa) menjadi cadangan potensial untuk memajukan Bangsa dan Negara kita, dan menjadi titik terang untuk keluar dari krisis – krisis yang berkepanjangan ini.

Semoga kita sadar akan Hakikat kita sebagai mahasiswa, dan menjadi titik terang untuk kemajuan dan kebangkitan Indonesia.

Darah Juang

Di sini negeri kami
Tempat padi terhampar
Samuderanya kaya raya
Negeri kami subur Tuhan
Di negeri permai ini
Berjuta rakyat bersimbah luka
Anak kurus tak sekolah
Pemuda desa tak kerja
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar
Bunda relakan darah juang kami
Tuk membebaskan rakyat
Padamu kami berbakti
Padamu kami mengabdi

Membuat Bivak


Bivak tempat berteduh dan bermalam di belantara. Sepintas lalu memang terkesan seadanya. Membuat tempat perlindungan jadi penting ketika terjadi hal-hal darurat. Padahal, bivak tak hanya dibuat ketika darurat saja, tetapi juga dipakai pada saat membuat camp sementara. Faktor kenyamanan juga turut berbicara di sini. Pastinya, membuat bivak tidak ada bedanya dengan kita membuat rumah dalam kehidupan sehari-hari. Dan jangan lupa, sering-sering berguru pada masyarakat lokal dan suku-suku di pedalaman.

Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan ketika kita memutuskan untuk membuat bivak, yaitu jangan sekali-kali membuat bivak pada daerah yang berpotensi banjir pada waktu hujan. Di atas bivak hendaknya tak ada pohon atau cabang yang mati atau busuk. Ini bisa berbahaya kalau runtuh. Juga jangan di bawah pohon kelapa karena jatuhnya kelapa bisa saja terjadi tiba-tiba.

Di daerah tempat kita akan mendirikan bivak hendaknya bukan merupakan sarang nyamuk atau serangga lainnya. Kita juga perlu perhatikan bahan pembuat bivak. Usahakan bivak terbuat dari bahan yang kuat dan pembuatannya baik, sebab semuanya akan menentukan kenyamanan.
Menurut N.S. Adiyuwono, seorang penggiat alam terbuka, bahan dasar untuk membuat bivak bisa bermacam-macam. Ada yang dibuat dari ponco (jas hujan plastik), lembaran kain plastik atau memanfaatkan bahan-bahan alami, seperti daun-daunan, ijuk, rumbia, daun palem, dan lainnya. Tapi yang paling penting, kesemua bahan dasar tadi sanggup bertahan ketika menghadapi serangan angin, hujan atau panas.
Selain bahan yang bermacam-macam, bentuk bivak pun amat beragam. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan. Tak harus berbentuk kerucut atau kubus, modelnya bisa apa saja. Ini amat bergantung pada kreativitas kita sendiri. Membuat bivak merupakan seni tersendiri karena kreasi dan seni seseorang bisa dicurahkan pada hasilnya.

Sebagai contoh, one man bivak. Pembuatannya dengan menancapkan kayu cagak sebagai tiang pokok yang tingginya sekitar 1,5 meter. Letakkan di atasnya sebatang kayu yang panjangnya kira-kira dua meter. Ujungnya diikat kuat yang biasanya memakai patok. Lalu sandarkan potongan kayu yang lebih kecil di atasnya, yang berfungsi untuk menahan dedaunan yang akan jadi atap ”rumah” kita.

Bentuk lain dari alam yang bisa dimanfaatkan sebagai bivak yaitu gua, lekukan tebing atau batu yang cukup dalam, lubang-lubang dalam tanah dan sebagainya. Apabila memilih gua, Adiyuwono mewanti-wanti agar kita bisa memastikan tempat ini bukan persembunyian satwa. Gua yang akan ditinggali juga tak boleh mengandung racun. Cara klasik untuk mengetahui ada tidaknya racun adalah dengan memakai obor. Kalau obor tetap menyala dalam gua tadi artinya tak ada racun atau gas berbahaya di sekitarnya.

Kita juga bisa memanfaatkan tanah berlubang atau tanah yang rendah sebagai tempat berlindung. Tanah yang berlubang ini biasanya bekas lubang perlindungan untuk pertahanan, bekas penggalian tanah liat dan lainnya. Pastikan tempat-tempat tersebut tidak langsung menghadap arah angin. Kalau terpaksa menghadap angin bertiup kita bisa membuat dinding pembatas dari bahan-bahan alami. Selain menahan angin, dinding ini bertugas untuk menahan angin untuk tidak meniup api unggun yang dibuat di muka pintu masuk.